#TebarkoinGopean
Kembali lagi bersama saya,
"Tiap kali datang ke perpustakaan, Sulli selalu mendapati
Minho duduk di bangku yang sama sambil terus menatap keluar jendela dengan mata
yang sendu. Lama memperhatikan Minho, membuat Sulli menyukai Minho. Lalu apa
yang Sulli lakukan, saat tahu yang dipandangi Minho dengan tatapan lembut itu
adalah Soojung, sahabatnya sendiri???"
Diangkat dari komik karya Yoshinaga Yuu, dengan judul yang sama ONE SIDE LOVE.
Main Cast
Choi Jinri a.k.a Sulli
Choi Minho
Jung Soojung a.k.a Krystal
“Sulli-ya, kau tidak pulang ? “ Tanya Soojung berlari menghampiriku.
“Kau lupa, hari ini adalah jadwal ku menjaga perpustakaan.
Kau sendiri ada eksul kan?” Tanya ku balik.
“ iya benar. Kejuaraan voli sebentar lagi akan dimulai. Aku
harus giat berlatih untuk menang. Kalau begitu aku duluan ya. Anneyeong !” ucapnya
sambil berlari mendahuluiku.
Nama ku Choi Jinri, aku biasa dipanggil Sulli. Sebagai
anggota OSIS, setiap hari selasa & rabu setelah jam pelajaran berakhir, aku
bertugas menjaga perpustakaan. Karena aku suka buku & membaca, aku sangat
menikmati tugas ini. Lagipula, akhir-akhir ini, ada yang menarik perhatianku.
SRAAAAGH.
Kugeser
pintu perpustakaan pelan. Ah. Dia datang lagi. Ini sudah ke 3 kalinya dalam 2
minggu ini. Rambut coklat yang hampir sebagian menutupi kupingnya, dan anting
pun menghiasi telinga sebelah kanannya. Bukan type anak yang senang membaca
buku dan menghabiskan waktu berlama-lama di perpustakaan. Dia selalu duduk di
bangku samping jendela dan tatapannya lebih lama terarah keluar jendela dari
pada menatap buku yang tergeletak didepannya. Aku tahu, karena kursi tempatku
berjaga tepat berada diseberang jendela tempat ia duduk. (bangunan dengan
bentuk L ). Tanpa sadar, aku jadi sering memperharikannya. Dan baru kusadari
pula, mungkin ia kesini untuk memandangi orang yang ia suka.
Matahari sudah agak condong ke barat. Sinarnya menerobos masuk
kedalam perpustakaan melalui jendela. Tidak terkecuali tempat bagianku. Silau
sekali. Aku bangkit dan menutup sebagian gorden untuk menutupi bagian – bagian
yang terkena matahari agar cahayanya tidak terlalu menusuk.
SREEEEEEEET.
Ia menoleh. Aku lupa kalau ia sedang memperhatikan orang
diluar sana yang mungkin ia sukai.
“ Eh, tenang saja. Jendela bagianmu tidak akan aku tutup
kok.” Aku membuka suara. “tapi apa sinar mataharinya tidak bikin kau silau?”
Tanya ku selanjutnya.
“ Memang sih. Tapi dari sini, aku dapat melihatnya dengan
jelas. “ jawabnya kemudian tanpa sedikitpun menoleh ke arahku.
“ Jadi orang yang kau suka, anggota eskul voli yah?”tanyaku
tanpa sadar.
BLUUSH. Wajahnya memerah. Aku terkejut karena aku begitu
lancangnya menanyai apa yang seharusnya
tidak ku tanyakan. Bagaimana ini. Sulli Babo! Suasana menjadi hening.
“ Aku . . belum
sempat aku meminta maaf atas pertanyaan bodoh ku itu, tiba-tiba ia bersuara.
“ Menjijikan ya ?? Hanya bisa melihat saja ??” Tanya nya
kemudian dengan muka yang ia tutupi dengan tangannya.
“ Hah, e.. ee..nggak kok. “ jawabku gugup. “ Menurutku pasti
senang rasanya, lain dari yang lain. Aku jadi iri pada orang kamu sukai itu.”
Jawabku jujur, dan tanpa ia sadari wajahku memerah.
Namanya Choi Minho. Biasa dipanggil Minho. Aku yang kikuk
dengan lelaki, sama sekali tidak menyangka akan ada lelaki seperti itu.
Keesokkan harinya, saat aku membuka pintu perpustakaan,
ternyata namja itu masih setia duduk di bangku yang sama, sambil membaca buku.
Syukurlah dia datang. Aku sempat khawatir, ia tak akan datang lagi setelah
kepergok sedang memperhatikan orang yang ia sukai oleh ku kemarin.
Aku mulai mengerjakan tugas ku sebagai penjaga perpustakan.
Salah satunya adalah meletakkan kembali buku-buku yang terletak tidak pada
tempatnya. Kemudian Aku berjalan menyelusuri lorong rak buku. Aish. Berantakan
sekali lorong ini. Mengapa susah sekali mengatur para murid untuk meletakkan
lagi buku yang telah mereka baca kembali ketempatnya. Aku ambil buku-buku yang
terlihat terletak tidak pada tempatnya. Kemudian aku bereskan satu-satu sesuai
abjad. Ukh. Tinggi sekali si tempatnya.
Aku berusaha berjinjit, untuk menaruh sebuah buku yang terletak di barisan
paling atas rak.
BUKH.
“ Appo.” Buku itu tidak sampat ketempatnya, malah jatuh
mengenai kepalaku.
“ Kamu gak apa-apa?” sebuah suara mengagetkanku. “
Seharusnya pakai tangga.” Lanjut suara itu kemudian. Aku menengok. Ternyata
Minho.
“ Ah, ia ya. Hehe.” Kemudian sebuah tangan mengambil buku
yang tadi sempat mengenai kepalaku.
“ Dimana, disini?” Minho bertanya dimana ia harus meletakkan
buku itu.
“ Ah, iya disitu.” Kataku sambil memperhatikan wajahnya.
Tiba-tiba dia berbalik langsung ke arahku. Aku kaget, dia menatapku balik.
BLUSSH. Muka ku kembali memerah.
“ Aku bantu merapikan ya??” Tanyanya melepaskan rasa
canggung ku barusan.
“ Eh, tapi…
“ Berdua lebih cepatkan ??” belum sempat aku mencegahnya
membantu tugasku,ia kembali berujar.
Dheg. Dheg. Dheg. Jantungku berdebar lebih keras.
“ Ah, permisi sebentar!“ Kemudian tangannya sudah ada di
atas kepalaku, ia ingin meletakkan sebuah buku yang tempatnya ada diatas
kepalaku berdiri.
“ Orang yang kau sukai seperti apa?” dengan setengah
berteriak, aku bertanya kepadanya.
“ Hah.” Uwaaaa. Apa yang aku lakukan. Mengapa kau selalu
mengeluarkan pertanyaan tanpa diserap dulu dengan otakmu itu , Sulli babo.
“ A..anu, aku penasaran. Karena sepertinya kamu terlihat begitu menyukainya.”
Lanjut ku kemudian dengan terbata.
Namja itu terdiam. Seperti sedang berfikir,. Ingin menjawab,
atau ingin mengelak.
“ Ini memang bukan urusanku. Maaf lupakan saja.” Buru- buru kulanjutkan
aktifitasku merapikan buku. Suasana hening sesaat, sampai ia membuka suara nya
lagi.
“ Dia anak kelas B.”
Kemudian tidak terdengar lagi suara dari mulutnya.
Kelas B?? Itu kan
kelasku. Berarti . . .
++++
“ Ya , Choi Jinri. Dengerin aku dong.” Soojung mengagetkan
ku.
Orang yang sesuai dengan apa yang Minho sebutkan kemarin.
Adalah Soojung. Kelas yang sama denganku. Dan juga yang mengikuti eskul voli.
Memang hanya dia yang mengikuti eskul itu dari kelasku.
“ Latihan kemarin berat sekali. Tangan ku sampai pada
pegal.” Lanjutnya kemudian. Aku masih belum sadar sepenuhnya.
“ Ah, ia Soojung. Pertandingan semakin dekat ya?” hampir
saja aku kelepasan.
“ Iya, untung hari minggu nanti aku libur. Jadi aku bisa
pergi kencan dengan pacarku. Sudah lama aku tak bertemu dengannya. “ Ucapnya senang.
Ya benar. Soojung sudah memiliki kekasih. Sebaiknya aku
beritahu Minho soal ini. Dia pasti kecewa. Lebih baik kecewa sekarang daripada
kecewa belakangan.
KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIING
Akhirnya berakhir juga pelajaran ini. Kulangkahkan kaki
segera ke Perpustakaan. Ketika kubuka pintu, Minho tidak ada ditempat biasa ia
duduk termenung menatap keluar. Apa hari ini ia tidak datang?? Apa karena
ucapan lancangku waktu itu ia jadi segan datang lagi hari ini? atau jangan-jangan,
ia mencari tempat baru untuk memandang Soojung tanpa diketahui siapapun?? Huft .
Mengapa aku jadi kesal.
++++
Tik. Tik. Tik. Sreeeeet. Aku terbangun. Aku ketiduran
ternyata. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan angka 5 sore. Ah. Aku kaget.
Minho sedang membaca buku dihadapanku. Kemudian ia tersadar dari buku yang
dibacanya ketika aku membuat suara. Ia tersenyum kepadaku begitu tau aku
bangun. Dan baru kusadari, sebuah jaket menutupi tubuhku. Ini punya Minho. Kembali
jantungku berdetak tak normal. Ada apa dengan ku Tuhan? Apa aku menyukainya?
Tapi ia menyukai Soojung. Mengapa semuanya terasa begitu menyesakkan.
“ Em.. hari ini kau datang terlambat ya??” Tanya ku memecah
keheningan yang begitu terasa.
“ Iya, tadi ada rapat. Hehe. Maaf aku tidak membangunkanmu.
Kau tidur begitu nyenyak. “ jawabnya.
Oia. Minho harus tau soal Soojung. Cintanya yang bertepuk
sebelah tangan dan tak akan
besambut. Akan lebih baik jika ia tau
yang sebenarnya dan menyerah dari sekarang. Ya. Aku ingin dia menyerah.
“ A..an..anu, sebenarnya. . .
NANANANA . . . .
E...E.. E.. E..ELECTRIC SHOCK
Belum sempat aku mengatakan yang sebenarnya, I Phone ku
bordering. Ternyata aku lupa men silent nya. Dari Soojung ternyata.
“ Yeoboseyo?”
“ Sulli-ya, kau masih diperpustakaan??
“ Iya. Kenapa?”
“ Habis Eskul, pulang bareng yuk??” Soojung menawarkan pulang barsama. Tumben.
Bukannya hari ini ia ada kencan dengan pacarnya.
“Ada apa??”
“Nanti aku ceritakan kalau kita sudah bertemu. Kau dimana?
Aku sudah hampir selesai. Aku susul kau ke perpustakaan ya?” lanjutnya lagi.
“ Tidak usah, kau tunggu aku saja aku digerbang. Aku juga
sudah selesai.” Buru-buru ketutup panggilan itu. Entah mengapa aku tak ingin
agar Soojung bertemu Minho. Tapi mengapa tiba-tiba perasaanku tidak enak??
“Baiklah, apa ada buku yang ingin kau pinjam? Aku harus
menutup perpustakaan ini. Jam berkunjungnya sudah habis.”ucapku kepada Minho.
“ Bukannya tadi kau ingin bicara sesuatu tadi??” Minho
bertanya.
“ Ah, lain kali saja. Aku sudah ditunggu temanku.
Anneyeong.”
Di TAMAN
“Kai memutuskanku.”
Hati ku mencelos mendengarnya.
“Katanya ia menyukai orang lain. Haha. Sudah kuduga ada yang
salah denganku. Soalnya tingkah lakunya aneh belakangan ini. Hehe.” Soojung
masih saja berusaha tersenyum meski ku tahu bagaimana ia mencintai pacarnya
itu. Dan sekarang dengan tiba-tiba ia diputuskan pacarnya itu.
Bagaimana ini. Maafkan aku Soojung. Pada saat seperti inipun
aku hanya memikirkan Minho. Aku menyukainya. Tapi dia menyukaimu. Dan pada saat
aku ingin memberitahukan kebenaran ini kepada Minho, kau bilang kau
diputusi Kai. Apa yang harus ku lakukan? Mengapa tiba-tiba aku merasa
takut bertemu Minho? Takut mengetahui
kenyataan, bahwa ia berhasil dekat dengan mu Soojung, dan tidak akan
lagi duduk dikursinya seperti biasa. Ah. Apa yang kau pikirkan Sulli Babo.
Soojung sahabatmu. Mengapa kau begitu egois eoh. Baiklah. Kalau bertemu dengan
Minho nanti, aku akan memberitahu semuanya.
Minggu
berikutnya.
Huft. Untunglah dia tidak ada. Aku tidak tahu bagaimana aku
harus menunjukkan muka ku ini dihadapannya. Tanpa sadar aku mengeluarkan nafas
lega setelah tadi sempat menahannya saat membuka pintu.
“ Gak jadi masuk?” Tanya sebuah suara dibelakangku yang sudah sangat kukenal. Ah.
“ Anu, aku sempat kepikiran untuk tidak datang lagi kesini.
Aku ingin segera menyatakan cintaku pada orang yang kusuka itu . .”
Eh, ada apa ini, mengapa jadi begini. Apa yang harus aku
lakukan.
“ Jadi mungkin ini . .
“ Hentikan, apa tidak terlalu cepat? Dia tidak akan menerima perasaanmu. Bukannya
selama ini kau hanya memperhatikannya saja, tanpa ada usaha utuk mendekatinya.”
Ucapku setengah berteriak.
“ Benar juga. Baiklah aku pulang saja kalau begitu.
Anneyeong.” Minho berjalan menjauh dari perpustakaan.
Apa yang kau katakan Sulli Babo. Bukan itu tadi yang ingin
kau katakan kan? Padahal ia sangat menyukai Soojung. Kenapa kau malah
menghalanginya. Aku ini curang! Aku Tau perasaannya, tapi aku malah
menyembunyikan perasaanku sendiri. Kalau hanya memandangi, aku juga melakukan l
hal yang sama kan. Aish. Aku harus mengejarnya dan meminta maaf.
Kulangkahkan kaki ini untuk mengejar namja itu. Hosh. Hosh.
Hosh. Dimana dia. Mengapa cepat sekali jalannya. Ah. Itu dia.
“ Minho-ssi, tunggu!” teriakku dan berhasil menghentikan
langkahnya.
“ Tadi aku salah. Maafkan aku. Tiap teringat perkataanmu
yang tidak akan datang lagi ke perpustakaan, aku jadi merasa kesepian. Kalau
Minho, aku yakin kamu bisa. Karena hatimu begitu tulus. Perasaanmu pasti
terbalas.” Teriakku sambil menyemangatinya. “ Hwaiting.” Kataku kemudian sambil
mengepalkan tangan di udara tanda aku menyerah dengan cintaku dan memberikan
semangat kepada cintaku itu untuk memperoleh cintanya yang memang bukan buatku.
Ketika aku membalikkan tubuhku untuk pergi, sebuah pelukan
menahan ku pergi. Minho memelukku. Seketika Jantung ku berdetak dengan sangat
tidak teratur. Mengapa ia memelukku. Bukankah dia menyukai Soojung, atau hanya
akan mengucapkan terima kasih? Tapi mengapa begini caranya?
“ A..a.. apa yang kau lakukan?” tanyaku sambil terbata.
“ Orang yang kusuka, adalah kamu Sulli-ssi.” Ucap Minho
Lirih.
“ Bukaannya yang kau sukai Soojung? Anggota klub voli?”
Kemudian Minho melepas pelukannya kepadaku. Dan tersenyum.
“ Loh, itu kan kesimpulan mu sendiri.” Senyum mengembang
dari wajahnya. “ Tapi wajar saja kamu salah paham. Coba sini kau ikut aku
sebentar.” Kemudian Minho menarik tanganku menuju arah perpustakaan. Kali ini
sepertinya jantungku benar-benar akan melompat dari tempatnya.
“ Minho, tunggu, bukannya kamu suka sekali memandang keluar
jendela.” Lanjutku lagi.
“ Sini.” Aku menuruti arah panggilannya. “ Coba sekarang kau
duduk di tempat biasa kau duduk. Kemudian aku duduk di tempat kau biasa
berjaga.” Aku menuruti semua yang Minho suruh.
“ Sekarang, apa yang kau lihat dari sana Sulli-ah?” Minho
berkata sedikit berteriak.
Ah. Aku dapat melihat wajahnya dengan begitu jelas dari sini. Dimana sekarang ia sedang duduk ditempat biasa aku duduk. Terlintas dalam otakku kata-katanya waktu itu “Tapi dari sini aku bisa melihatnya dengan jelas.” Ternyata kalimat itu ia tunjukkan kepadaku. Sekarang pun aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Kamu yang duduk menghadap jendela, dibelakang meja penjaga perpustakaan dengan wajah yang tersipu-sipu.
END
0 komentar:
Post a Comment